Kebesaran Tuhan
Allahu
Akbar
(Tiada daya dan kekuatan kecuali milik-Nya)
Pagi
bersenandung mesra, memperlihatkan betapa indah bukti nyata akan ciptaan Tuhan.
Keberaturan peraturan-peraturan yang DIA cipta, sungguh sangat menakjubkan
mata. Tidak saling berebut, adu sikut antar mahluk untuk membuktikan kepada
Tuhannya bahwa ‘saya’ lah yang paling taat, paling tunduk, paling cepat
menyelesaikan atau mengerjakan tugas yang diperintah-Nya. Mahluk-mahluk
ciptaan-Nya yang selain jin dan manusia, merekalah sejatinya mahluk yang setia.
Tidak pernah membantah perintah, mengeluh perihnya peluh, membangkang tali
kekang, sumringah dalam salah dan keburukan-keburukan sifat lainnya.
Berbeda
180 derajat dengan kita, manusia dan bangsa jin yang acapkali predikat-predikat
semacam itu melekat pada diri. Contoh kecilnya, matahari tak pernah bosan
mengedarkan sinarnya agar bumi terang. Kalau sehari saja ia tidak muncul
kepermukaan, bakal bertanya-tanya manusia. “Ada apa gerangan?”; “Apakah kiamat
sudah dekat?”; “Apa mungkin matahari sudah tak mau lagi menyinari dunia?” dan
beragam pertanyaan yang sama. Ini menunjukan betapa segala apa yang ada
merupakan qudrat dan iradhat-Nya. Skenario Tuhan yang
tertulis qalam di lembaran lauhul mahfudz.
Allahu
Akbar
(Kebesaran-Mu; segala puji-Mu; maha putih-Mu; tak pernah
lekang oleh zaman dan hilang seiring
bergantinya siang dan malam)
Kesuksesan
seseorang, keberhasilan ia dalam meraih cita-citanya di dunia mungkin suatu
kebahagiaan tiada tara. Kelebihan ataupun potensi yang dimiliki oleh kebanyakan
manusia adalah sebatas kelebihan yang tak seberapa. Namun dengan bangga dan
kebesaran egonya ia meneriakkan bahwa apa yang telah diperolehnya merupakan
hasil jerih payahnya sendiri. Tanpa campur tangan siapapun termasuk (tak
menyebutkan Tuhannya) orang-orang di dekatnya. Padahal sungguh, ia tak ingat bahwa kebesarannya jauh di bawah
kebesaran sang pencipta; kewibawaannya tak seberapa dengan kewibawaan Tuhannya;
kebaikannya bak setitik debu yang menempel di bawah sandal. ‘Taffakaruu yaa ulil albaab’ berkontemplasilah wahai orang-orang
yang dikaruniai pikiran oleh Tuhanmu. Pikirkan dan pelajari ulang, darimana
kita, untuk apa ada dan akan kembali kemana?
Setelah kita merenung dan sadar akan
apa yang sebenarnya, maka cucurkanlah air mata yang mengalir deras dalam dosa
dan raihlah perlindungan dalam segumpal penyesalan. Semoga dengan taubat ini, kita diampuni atas
kesalahan dan kekhilafan yang telah kita lakukan. Lahir kembali dengan
seperangkat software-nya yang masih
bersih dari virus-virus penghancur amal kebaikan. Ya Allah yang maha luas
kemuliaanNya, kami bertawassul kepada insan kekasihMu. Kabulkanlah harapan ini
dan ampunilah atas dosa-dosa kami. Aamiin.
*belajar merenungi diri sendiri
Cirebon,
akhir Februari 2010
No comments:
Post a Comment