Thursday, April 19, 2012

Kontemplasi Diri

Kebesaran Tuhan


Allahu Akbar (Tiada daya dan kekuatan kecuali milik-Nya)

Pagi bersenandung mesra, memperlihatkan betapa indah bukti nyata akan ciptaan Tuhan. Keberaturan peraturan-peraturan yang DIA cipta, sungguh sangat menakjubkan mata. Tidak saling berebut, adu sikut antar mahluk untuk membuktikan kepada Tuhannya bahwa ‘saya’ lah yang paling taat, paling tunduk, paling cepat menyelesaikan atau mengerjakan tugas yang diperintah-Nya. Mahluk-mahluk ciptaan-Nya yang selain jin dan manusia, merekalah sejatinya mahluk yang setia. Tidak pernah membantah perintah, mengeluh perihnya peluh, membangkang tali kekang, sumringah dalam salah dan keburukan-keburukan sifat lainnya.

Berbeda 180 derajat dengan kita, manusia dan bangsa jin yang acapkali predikat-predikat semacam itu melekat pada diri. Contoh kecilnya, matahari tak pernah bosan mengedarkan sinarnya agar bumi terang. Kalau sehari saja ia tidak muncul kepermukaan, bakal bertanya-tanya manusia. “Ada apa gerangan?”; “Apakah kiamat sudah dekat?”; “Apa mungkin matahari sudah tak mau lagi menyinari dunia?” dan beragam pertanyaan yang sama. Ini menunjukan betapa segala apa yang ada merupakan qudrat dan iradhat-Nya. Skenario Tuhan yang tertulis qalam di lembaran lauhul mahfudz.

Allahu Akbar (Kebesaran-Mu; segala puji-Mu; maha putih-Mu; tak pernah lekang oleh zaman dan hilang seiring bergantinya siang dan malam)

Kesuksesan seseorang, keberhasilan ia dalam meraih cita-citanya di dunia mungkin suatu kebahagiaan tiada tara. Kelebihan ataupun potensi yang dimiliki oleh kebanyakan manusia adalah sebatas kelebihan yang tak seberapa. Namun dengan bangga dan kebesaran egonya ia meneriakkan bahwa apa yang telah diperolehnya merupakan hasil jerih payahnya sendiri. Tanpa campur tangan siapapun termasuk (tak menyebutkan Tuhannya) orang-orang di dekatnya. Padahal sungguh, ia tak ingat bahwa kebesarannya jauh di bawah kebesaran sang pencipta; kewibawaannya tak seberapa dengan kewibawaan Tuhannya; kebaikannya bak setitik debu yang menempel di bawah sandal. ‘Taffakaruu yaa ulil albaab’ berkontemplasilah wahai orang-orang yang dikaruniai pikiran oleh Tuhanmu. Pikirkan dan pelajari ulang, darimana kita, untuk apa ada dan akan kembali kemana?

Setelah kita merenung dan sadar akan apa yang sebenarnya, maka cucurkanlah air mata yang mengalir deras dalam dosa dan raihlah perlindungan dalam segumpal penyesalan. Semoga dengan taubat ini, kita diampuni atas kesalahan dan kekhilafan yang telah kita lakukan. Lahir kembali dengan seperangkat software-nya yang masih bersih dari virus-virus penghancur amal kebaikan. Ya Allah yang maha luas kemuliaanNya, kami bertawassul kepada insan kekasihMu. Kabulkanlah harapan ini dan ampunilah atas dosa-dosa kami. Aamiin.

*belajar merenungi diri sendiri
Cirebon, akhir Februari 2010

No comments:

Post a Comment