Tuesday, September 8, 2015

EMBUN SEPTEMBER



Setiap pagi aku bersorak gembira menyambut embun bersahaja
Kenapa musti embun?
Apa istimewanya kawan?
Embun adalah mahkota penghidupan yang terlupa
Bukankah setiap dedaunan menjadi saksi pasti kulminasi embun pagi
Terlebih rerumputan liar yang seenaknya menjalar
Mereka disusui embun pagi hingga dewasa nanti
Aku menatap gembalaku diatas pemadani tanpa batas
Menunduk takzim dan mengunyah tanpa lupa bismillah
Seperti kata-Nya; semua makhlukKu memujiKu
Kecuali manusia yang kebanyakan terlena
September kali ini benar-benar kutadabburi
Dengan wewangian hujan semalam dan nikmat yang beragam
Aku coba telusuri; nikmat Tuhan mana lagi yang belum IA beri?
Kita tetap terperangkap permintaan yang tak pernah hinggap
Hingga uap embun kembali mengembun
Jejak September kembali menerjak

Bumiayu, 27 Rajab 1432 H













bagian dari antologi puisi 2012,
"Bingkai Kata Sajak September"

Disfungsi Pikiran

ki sentanu

jemari tangan meraba-raba
lembutnya puting dunia
jemari kaki menginjak sekarat
kerikil panas akherat
puting dan kerikil sama kecil
tapi efek kejutnya bikin mata mecicil
kita lebih memilih enaknya meraba puting ganas
dibanding bersabar menginjak kerikil panas
sebab setelah meraba-raba
ada bonus menghisapnya juga
sedang menginjak kerikil
bonusnya ada tapi nanti di surga
ah, lama
__