Thursday, April 19, 2012

Kontemplasi Diri

Kebesaran Tuhan


Allahu Akbar (Tiada daya dan kekuatan kecuali milik-Nya)

Pagi bersenandung mesra, memperlihatkan betapa indah bukti nyata akan ciptaan Tuhan. Keberaturan peraturan-peraturan yang DIA cipta, sungguh sangat menakjubkan mata. Tidak saling berebut, adu sikut antar mahluk untuk membuktikan kepada Tuhannya bahwa ‘saya’ lah yang paling taat, paling tunduk, paling cepat menyelesaikan atau mengerjakan tugas yang diperintah-Nya. Mahluk-mahluk ciptaan-Nya yang selain jin dan manusia, merekalah sejatinya mahluk yang setia. Tidak pernah membantah perintah, mengeluh perihnya peluh, membangkang tali kekang, sumringah dalam salah dan keburukan-keburukan sifat lainnya.

Berbeda 180 derajat dengan kita, manusia dan bangsa jin yang acapkali predikat-predikat semacam itu melekat pada diri. Contoh kecilnya, matahari tak pernah bosan mengedarkan sinarnya agar bumi terang. Kalau sehari saja ia tidak muncul kepermukaan, bakal bertanya-tanya manusia. “Ada apa gerangan?”; “Apakah kiamat sudah dekat?”; “Apa mungkin matahari sudah tak mau lagi menyinari dunia?” dan beragam pertanyaan yang sama. Ini menunjukan betapa segala apa yang ada merupakan qudrat dan iradhat-Nya. Skenario Tuhan yang tertulis qalam di lembaran lauhul mahfudz.

Allahu Akbar (Kebesaran-Mu; segala puji-Mu; maha putih-Mu; tak pernah lekang oleh zaman dan hilang seiring bergantinya siang dan malam)

Kesuksesan seseorang, keberhasilan ia dalam meraih cita-citanya di dunia mungkin suatu kebahagiaan tiada tara. Kelebihan ataupun potensi yang dimiliki oleh kebanyakan manusia adalah sebatas kelebihan yang tak seberapa. Namun dengan bangga dan kebesaran egonya ia meneriakkan bahwa apa yang telah diperolehnya merupakan hasil jerih payahnya sendiri. Tanpa campur tangan siapapun termasuk (tak menyebutkan Tuhannya) orang-orang di dekatnya. Padahal sungguh, ia tak ingat bahwa kebesarannya jauh di bawah kebesaran sang pencipta; kewibawaannya tak seberapa dengan kewibawaan Tuhannya; kebaikannya bak setitik debu yang menempel di bawah sandal. ‘Taffakaruu yaa ulil albaab’ berkontemplasilah wahai orang-orang yang dikaruniai pikiran oleh Tuhanmu. Pikirkan dan pelajari ulang, darimana kita, untuk apa ada dan akan kembali kemana?

Setelah kita merenung dan sadar akan apa yang sebenarnya, maka cucurkanlah air mata yang mengalir deras dalam dosa dan raihlah perlindungan dalam segumpal penyesalan. Semoga dengan taubat ini, kita diampuni atas kesalahan dan kekhilafan yang telah kita lakukan. Lahir kembali dengan seperangkat software-nya yang masih bersih dari virus-virus penghancur amal kebaikan. Ya Allah yang maha luas kemuliaanNya, kami bertawassul kepada insan kekasihMu. Kabulkanlah harapan ini dan ampunilah atas dosa-dosa kami. Aamiin.

*belajar merenungi diri sendiri
Cirebon, akhir Februari 2010

Monday, April 16, 2012

Pelajari Peta Hidupmu

Bangkit, Coy..!

Get up, stand up, stand up for your right
Get up, stand up, don’t  give up the right
Get up, stand up, lift is your right your right
(Bob Marley)

Yup, betul sekali apa yang dikatakan Abang Marley; “Bangkit, bangunlah menuju kebenaran!”. Sebuah aksi dan misi suci untuk merubah keterpurukan dan keburukan menjadi bangkit lebih baik dan benar. Tidak berdiam  diri dan terus-terusan berbaring dalam zona nyaman, bangkitkan semangat hidupmu dari buruk menjadi baik, lemah menjadi kuat, biasa menjadi luar biasa. Ingat! pribadi yang buruk, lemah, pesimis, tak punya gairah hidup untuk maju, akan melahirkan orang-orang yang selalu berpikir gagal. Sebaliknya, pribadi yang kuat, optimis memandang masa depan, tak mudah goyah, selalu bangkit dan tak mudah menyerah, akan melahirkan orang-orang yang selalu berpikir sukses.

So, wahai sobat muda! Ayo bangkit dan kobarkan semangat serta niat yang kuat untuk menjadi yang lebih baik, lebih bermanfaat dan lebih benar dalam merangkai hidup ini. Sebuah rangkaian bunga yang indah akan membuat mata betah. Begitu juga rangkaian hidup yang tersusun rapi akan lebih indah dan penuh arti.


Terkadang kata-kata penggugah semacam ini bagi orang-orang yang masih dibelenggu kemalasan, ketakutan, ketidaksiapan untuk bangkit dan beragam alasan yang sifatnya tak mampu, tak berarti apa-apa. Karena yang mereka lihat adalah sebuah tembok besar yang tinggi yang harus dinaiki olehnya. Untuk sampai keatas rasanya tak mungkin,  melihatnya saja sudah berpikir tak mampu dan kuat untuk mendakinya. Sekali lagi, yang diperlukan sekarang bagi sobat-sobat yang masih betah bercumbu rayu ‘di bawah’ dan takut akan buah kegagalan yang diperoleh seandainya ia terus menaiki tembok penghalang tersebut.

Adalah pasang Niat, ingat Ada Obsesi Ada Jalan (kaya’ yang di iklan rokok tuh, ngutip dikit gpp kan?). Artinya, obsesi (niat) untuk meraih kesuksesan, kebahagiaan, kebaikan harus benar-benar kita tanamkan dalam hati agar tumbuh dan meresap yang kemudian lambat laun tanaman sukses akan tumbuh berkembang, berdiri di atas akar niat yang kokoh, tak mudah goyah diterpa angin kegagalan.

 Selanjutnya menentukan Tujuan, buat tujuan hidupmu sejelas mungkin. Adapun substansi hidup sendiri adalah beribadah kepada Tuhan dan itu dibuktikan dengan kita melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Bekerja adalah ibadah asalkan sesusai dengan ketentuan-ketentuan yang baik dan benar. Jadi, pelajari peta kehidupanmu agar lebih mudah menentukan tujuan; mau jadi apa? target apa yang ingin dicapai? dan bagaimana cara meraihnya? 

Kemudian Aksi, mulailah mengerjakan apa yang sudah direncanakan dalam tujuan hidup. Bekerjalah dengan penuh semangat dan konsentrasi, sabar menghadapi aral rintang, konsisten dan selanjutnya tawakal. Tuhanlah sang penentu hasil akhir namun berdoalah selalu untuk sebuah kesuksesan. Selamat berjuang!

 ( ^_^")
*belajar memotivasi diri sendiri 
Bumiayu, 16 April 2012

Saturday, April 14, 2012

Kumpulan Puisi 2011

Cerita Tentangmu

Maafkan
Ku jalani dunia yang intan
Ku tapaki bebatuan yang tajam, dan
Ku lalui hidup dengan sabar
Saat gelap menyergap
Ceritakan hidup dan matimu padaku
Tentang hitam dan putih
Tentang cinta dan kasih
Agar jiwa dapat  menerima
Janganlah kau bersembunyi dalam kerangka dusta
Sebab percuma, DIA tetap mengetahuinya
Ku lupa akan dirimu
Saat kau hadir dalam naluriku
Rasa…
Permintaan…
Dan ungkapan…
Maafkan bila cinta ini tlah hilang
Luruh bersama rimbun ilalang

Tentang Hati
Kata orang hati punya nurani
Sinyal kasih sayang yang setiap orang tak menjumpai
Kata orang hati punya mata
Penunjuk jalan kebenaran-Nya
Kata orang hati punya suara
Nyanyian lantang kebenaran yang tanpa rekayasa
Kata orang hati seringkali goyah
Kadang tinggi-rendah, kuat-lemah, senang-susah tak istiqomah, begitulah
Kata orang hati adalah raja
Pemilik segala tindak-tanduk kita
Kata orang hati penuh misteri
Tak satupun orang tahu isi hati kecuali diri sendiri
Kata orang hati-hati dengan hati
Indikator baik-buruk terlihat pasti

Siapa Aku?
Kawan, siapakah aku ini?
Darimana dan mau apa
Lalu bagaimana bisa ada
dan mengapakah terdampar disini?
Huh, aku tak tahu
Pikiranku berselimut risau
Otakku jatuh rapuh
Jiwaku kosong melompong
Hatikupun beracun
Kawan, apakah aku benar-benar sakit?
atau lagi carmuk dengan pura-pura menjerit
Mengklaim diri amnesi
dan berharap dikasihani?
Ah, rasanya tidak kawan
Walaupun kalian menganggapku berlebihan
Tapi itulah kenyataan
Bahwa aku sekarang benar-benar sedang hilang ingatan
Kalau tak percaya?
Boleh koq kalian mengira aku gila
Terkotak-kotak ribuan tanya
Tentang siapakah diri ini sebenarnya?

Bumiayu, Februari 2011

Janji
Sebelum waktu yang kau tentukan datang
Ingin sekali bisa mendapatkan jelang
Sebelum keinginanmu sepenuhnya terkabulkan
Alangkah baiknya niat hatimu paripurnakan
Sebelum apa yang kau kerjakan tidak tampak sia-sia
Jerat akalmu untuk berpikir dan membuktikan bahwa itu benar

Musuh Besarku
Tak kusangka kau begitu pintar menjelma
Bayang hitam kecoklatan sejajar jendela
Tampak melambai menggoda
Menebarkan gairah pesona
Tak jugakah kau itu?
Musuh besarku yang herannya mengapa slalu ku rindu
Kebencian dahsyat kala kau jauh
Namun kerinduan sangat kala bertemu
Tak salah lagi, kau memang musuh besarku
Nafsu yang slalu memperhambaku
Dan syahwat yang terus memaksaku
Bergumul dalam lingkaran dunia setan yang semu

Taubat
Kerinduan hakikat taubat, tak dapat kupungkiri bahwa itu hanya sesaat.
Tak lebih daripada lapar nafsu semata, ada kemudian tiada setelah sedikit mencicipinya.
Penyesalan absolut acapkali terumbar lewat mulut, hanya sebatas hiburan memanjakan Tuhan.
Sebab rintihan belas kasih, cuma sekedar lahir belaka bukan batin yang diraih.
Lalu musti dengan apa kusuguhkan manifestasi sesal? sedangkan ingat dosa itu sudah biasa tapi tetap saja mengulanginya, tak ada bedanya. Haruskah kubawakan untaian mutiara air mata? sedangkan air mataku apakah benar-benar berubah menjadi mutiara ataukah tidak, itu masalahnya. Apa mungkin kuhadiahkan saja bunga istighfar? sedangkan yang kutahu bunga itu tumbuh pada setiap tanaman apapun itu, tapi apa Tuhan menerima bungaku yang tak seberapa.
Kesungguhan penyesalan dan keistiqomahan sikap, akan menjadikan mantap sebuah taubat.
Kontrak perjanjian dengan Tuhan tentang janji tak akan mengulangi, akan menjelma kesepakatan bersama dan jika dilanggar tahu sendiri akibatnya.

Bumiayu, Maret 2011


ETIKA ULAT
Ulat daun itu terlihat rakus melahap dedaunan yang disinggahinya
Melumat dan menguntalnya kedalam usus besarnya
Padahal perutnya hanya sebesar batang bolpoint saja
Tapi masalah perut, ulat pun tak kalah dengan manusia dalam berebut
Sikut sana sikut sini, dorong kanan dorong kiri
Herannya ulat lebih beretika pada kawannya
Ketika melihat kawannya tak kebagian, ia rela jatahnya dibagi-bagikan
Demi kebersamaan
Ya, demi keberlangsungan hidup sesama kawan
Kalau manusia, jangankan rela berkorban
Melirik saja saat kawannya susah
Sorry la yah!
Masalahmu bukan masalahku
Masalahmu, sampahmu!
Begitu katanya menderu-deru diatas listrik gardu
Terlalu!

CINTA MUTILASI
Hatiku retak berdecak
Meninggalkan luka bercak
Disetiap sudut mengarak
Rasa sakitku yang serak
          Wanita seringkali menjelma
          Pria sadis yang romantis
          Berhati bengis mukanya manis
          Sok idealis, najis!
Kenapa sih kau campakkan aku kasih
Setelah kukasih kau cuma bilang terima kasih
Mana manis janjimu yang dulu kau tebar bagai benih?
Mana, aku sedih
          Lihat biru langit tak lagi menggigit
          Wibawa taman tak lagi menawan
          Cintaku pergi atau entah lagi sembunyi
          Ah, terserah!
Sekarang tak mau lagi hidupku tuk mikirin kamu
Biarlah bidadari mimpi yang mengajakku berlari
Dalam kecapean pun lumayan
Asalkan cintaku tak kau mutilasi
Hih!

Bumiayu, 27 Rajab 1432 H



SEPOTONG
Tuhan, lagi-lagi Kau pisahkan aku dengan keseluruhan
Seringkali bahkan tiap waktu Kau slalu begitu denganku
Adakah ketidaksamaan antara aku dan dia?
Hingga terpaksa Kau beri aku dengan pemberian yang sepotong
Padahal ingin sekali kurasakan secara keseluruhan tanpa bolong
Seraut kesempurnaan utuh bersama

Bumiayu, 18 Mei 2011


KURSI GOYANG 
Tiap hari kudatangi dirimu yang tergeletak dipojok balai tamu
Walau sudah kutemani tiga puluh menit
Kau masih saja tampak tersenyum pahit
Enggan mengucapkan terima kasih
Runut waktu memakan usiamu hingga kau terlihat rapuh
Dulu kau menjadi perhatian anak-anakku
Mereka rela berebut demi duduk di singgasana yang ku beli baru
Maklum mainan baru pasti bikin seru, begitu kata anak-anakku
Namun sekarang saat hilang karomat
Berterbangan kesaktian azimat
Kegetaran goyangmu yang dulu dahsyat
Kini luluh lumat terinfeksi dendam kusumat
Para penguasa yg mendudukimu dulu
Kursi goyang sekarang sedang meradang
Meratapi diri dan mencaci org2 yg dahulu menduduki

Bumiayu, 27 Juli 2011


SEKILAS KAMU
Ada bayang celangkup wajahmu dalam pagutan mimpiku
Sebelum terbangun aku rasa sudah hendak menggapainya
Mendekap rerantingan  jari-jari manismu sesudah itu
Namun suara berisik buru-buru mengusik semuanya

SEKILAS MARAH
Teriak..
Rusak-rusak!
Masa, setiap orang begitu semua sikapnya
Tak adakah rasa bersalah barang setitik saja?
Setitik, bukan titik-titik yang membutuhkan jawaban keharusan nan panjang
Tapi setitik ya atau tidak, itu saja!
Di telpon serempak kompak muak
Mendengar cempreng-cempreng suara kaleng
Dari mulutku yang mungkin bau
Alaah! Apa kalian juga tidak begitu?
Menyimpan nafsu tapi menyembunyikannya dibalik saku
Hingga tak terburai aromanya lewat depan pintu
Huh!

Bumiayu, 28 Juli 2011


SAJAK PUJIAN

Gerai dedaunan beriringan
Ramai-ramai melambaikan senyuman
Sok akrab, penuh mesra
Mungkin saja sedang cari perhatian

Mencoba merampas hatiku dengan lembut tanpa gilas
Tanpa dentuman keras

Ah, perlahan aku terenyuh
Sifat dinginku luruh
Terburai senyum dedaunan yang menyentuh

Decak kagum pujian coba ku tengadahkan
samar-samar lewat bisikan hati pada Tuhan

Sungguh muara pujian seluruhnya
Berkulminasi hanya pada-Mu saja

*) kenangan perjalanan ke workshop penulisan di cirebon
juli 2011

SEKARAT CINTA KITA
Saat ku toreh cintamu
kau bilang jangan
sambil kau angkat lembar hatimu
berkilah ternodai kotoran
pena perasaanku

Dalam auman perjalanan
dan kesekian desahan
yang menusuk album
ku mencari sebuah tambatan
kasih-sayang yang terkulum

Lalu ku coba sapa lagi cintamu
di antara lekukan kerudungmu
dan bayang pagutan wajahmu

Kau masih membuang pandang
mendepositokan jelang
menganggapku jalang
belum pantas ku pinang

Dengan apa kubasuh cintaku
agar kau mau putih-ku
seperti kelopak melati menyapa pagi
ditemani percik embun dipucuk dedaun

"begitukah seterusnya cinta kita!" seru hatiku kelu
"kau urus dahulu niat sucimu!" teriakmu berderu

: sekarat cintaku padamu

Bumiayu, 12 Agustus 2011


BUNGKUSAN CINTA

bungkus plastik bekas wadah kekesalanmu masih tersimpan rapi dalam almari kacaku. sesekali kupandangi lalu kuambil dan kulihat-lihat lagi isinya, barangkali sisa-sisa kebencianmu masih dapat kucium semerbaknya. hmm.. masih seperti yang dulu bebauan itu. tak apa kau tak menganggapku ada, tapi ku tetap menantimu kapan pun waktunya tiba. Di balik lipatan hati kecilku ada sepasang sel kasih sayang yang membisikkan kepadaku; "pemuda, jangan pernah putus asa dalam memulungi cinta. suatu saat akan kau temukan tempat pembuangan akhir yang disitu terdapat bungkusan cinta yang benar-benar terpelihara dan masih utuh (disegel). yang sengaja Tuhan berikan hanya untukmu, ya spesial untukmu seorang."

SHUT DOWN!

Bulir pasir syahdu berdesir
Menyanyikan lagu kematian pada sekitar yg menyaksikan
Lagu-lagu sumbang tanpa liukan goyang Karawang
Tanpa celoteh manis yg keluar lewat mulut biduannya yg erotis
Tapi sunyi, angin pun tak sepoi
Cuma sekedar menyapa pasir
Bergilir menyanyikan kebahagianku yg terusir

Huhf.. huhf..!
Susah payah ku menghisap udara
Sebab kematianku dimatikan tanpa rekayasa
Musti ku pikul sendiri beban di diri
Bahkan di upgrade piranti lunaknya nanti
Sehabis di shut down kebekuan lapang hatimu yg risau

*) gak nyambung banget yah?!

TANGGAKU IDOLAKU 
terkesiap jutaan pasang mata memandang penuh pecundang
menyetubuhi tiap inci potongan tubuhku yang mereka anggap suci
menjilat, menggigit kemudian mengunyahnya tanpa sadar
tanpa mengucap jampi-jampi dengan tartil dan benar
seperti yang pernah diajarkan Eyang Sutakrama
dahulu pada anak cucunya

ah, sialan! jangkrik!
ngapain aku tiduran mengangkang
sedang selangkanganku dicumbui banyak orang?
tak tahu malukah mereka tentang arti kemaluan?
harga diri dan arti persaudaraan saduluran?
tak ubahnya konglomerat, pejabat, birokrat dan aparat
yang menjilat ludah mereka kala dilemparkan pada wajah-wajah sengsara

cinta, aku di cekoki cinta akan tetangga
disumpah mengikuti apa-apa yang diucapkannya adalah benar adanya
halah, kadal buntung!
maunya ngambil untung disaat aku buntung

tidak! aku tak lagi mengidolakan tetangga
ketika kebenaran diusung tinggi-tinggi
kejahatan terbang melesat lebih tinggi, mengungguli

Bumiayu, 06 Sept 11


BOHONG
Sekedar bicara
Aku bisa mengusungnya keras-keras pake TOA

Sekedar kata
Aku bisa menuliskannya besar-besar di pamflet kota

Sekedar bisik
Aku bisa menjalarnya lewat suruhan tetangga yg tak pergi mudik

Sekedar igau
Aku bisa menyampaikannya kala otakku risau

Sekedar teriak
Aku bisa menyuarakannya di gang pemukiman penuh sesak

Sekedar bohong
Aku bisa mengatakannya kapan pun di waktu lorong

Sekedar lidah
Semua orang juga bisa mengumbarnya mentah-mentah
Entah itu baik buruk yang penting hati sumringah

Bumiayu, 12 Sept 11


BEKAS KERINGAT
Ada bau matahari menyengat
dibalik ketiak buruh-buruh giat

Ada tetes wewangian parfum konglomerat
dibalik mewahnya selangkangan para pejabat

Ada kucuran deras uang rakyat
dibalik saku celana para birokrat keparat

Ada bintik-bintik setoran wajib zakat
dibalik lidah hukum para aparat

Ada aliran duit-duit laknat
dibalik nikmat desah PSK dan para pemuja syahwat

Ada jutaan peluh tersekat sekarat
dibalik dinding peraturan yang tak sepakat

Ada gulir-gulir zikir semangat
dibalik pekat keringat segelintir orang baik dan taat

Bumiayu, 22 Sept 2011


BILA KUPUNYA

Bila kupunya cinta
Pasti seluruh taman tak akan berbunga

Bila kupunya kasih
Pasti rambut seluruh bayi akan memutih

Bila kupunya sayang
Pasti permainan sepak bola tak lagi ditendang

Bila kupunya pacar
Pasti kulit mulus bintang iklan berubah jadi cacar

Biarlah bila ku tak punya apa-apa
Atau bila ku tak dipunyai siapa-siapa

Biarlah ku peluk sendiri dukaku
Ku redam resahku
Ku simpan rinduku

Bila ku pergi
Pun juga sendiri
Bilaku mati
Lagi-lagi sendiri

Untuk kalian
yang sempat terjaring di hati
Maafkan
Aku

BOLEHKAH AKU

Bolehkah aku mencintaimu?
sederhana saja
seperti biasa
tanpa bicara

Bolehkah aku merindumu?
sama seperti biasa
tanpa kata
sekedar rasa

Bolehkah aku menciumi pintu rumahmu?
sambil mengikuti senyummu
tanpa ragu

Bolehkah?

NANTI BAGAIMANA

Kasih, kalaupun seandainya
cintaku kau terima
Nanti bagaimana?
aku menyambutnya
sedang kedua tanganku kotor dan tak ada wangi-wanginya

Kasih, kalaupun seandainya
kau ridha
Nanti bagaimana?
aku menyakinkannya
sedang orang tuamu saja belum rela

Kasih, kalaupun seandainya kita jadi menikah
Nanti bagaimana?
aku berikrar sumpah
sedang mulutku terkunci dosa-dosaku
bisu

Kasih
Nanti bagaimana?
Atau
Bagaimana nanti saja?

Bumiayu, 16-17 Des 2011


IBU
(boleh Emak, Mak, Mamake, Mbok, Biyung, Mama, Mamah, Mami, Umi, Bunda, Bundo, dsb)
reruntuhan kalbu menjelma senyum syahdu
menyapih rintih buah hatimu dalam malam perih
setiap saat, setiap kami bergeliat
tanganmu lincah menadah
tetes air susumu
tak sepadan harganya dengan susu-susu
kaleng yang dijual di toko baru
setengah nyawa yang menempel pada kami
adalah nyawa titipanmu
dalam ucapan katamu
sibuk dengan doa dan pinta
kelak anakmu bahagia

Bumiayu, 22-12-11


LESUNG PIPIT
: Dia
Aku melihatmu lewat mataku yang sipit
Dua titik lekukan istimewa yang terhimpit
- diantara senyum terkulum
  hingga duri malam menusuk album
  melahirkan opium
Aku merasakan nyaman dan tidak sempit
Sesaat menelusuri lesungmu yang pipit
- diantara wewajah sumringah
  hatiku terperangah
  di cerca gelisah
Aku sadar aku pengidap amnesia
Buru-buru ku kubur angan-angan seketika
- diantara ya dan tidak
  memiliki atau sekedar merasai
  lebih dominan tidak ternyata
Aku belajar memunguti butir-butir kesalahan
Ngendong pada kaki-kaki mungil burung pipit
- diantara realita dan fatamorgana
  bertahan meraih asa
  tanpa jeda

Bumiayu, 23-12-11


LINGKAR KEMATIAN

Kawan! Kalau boleh aku bertanya, sebelum kematian menjemputku secara paksa
Ketika egoku menamparmu, maukah kau maafkan aku?
Ketika amarahku menelanjangimu, maukah kau maafkan aku?
Ketika lidah busuk ku menusukmu, maukah kau maafkan aku?
Ketika hati jahatku meracunimu, maukah kau maafkan aku?
Ketika kelaminku mengajak kelaminmu makan-makan diluar, walau cuma khayalan tapi kamu yang traktir, maukah kau maafkan aku? Sebab aku tak sanggup membayarnya
Kawan! Lingkar kematian begitu terasa membayangiku
Maukah kau terima recehan hitamku?
Agar kelak kalian cuci bersih dan menjadi putih
Karena aku tak mau nanti di tanya malaikat, koin masuknya kotor, hitam semua
Kawan! Aku rasakan sentuhan kematian perlahan semakin kencang
Maafkan, maafkan aku, kawan??

Kamar kecil, 24 Okt 2011


PAMALI

Lihatlah pohon jati diseberang jalan itu
Daun keringnya berserakan saling bertumpukan
Antara satu yang lama dengan yang baru
Seekor ayam tiba-tiba mengoreknya dg cakaran
Terkesiap, meloncat daun hingga tanah di bawah protes mengalun
"Hai, Ayam! Jangan singkap percumbuan kami. Dedaun itu adalah kekasihku yang menemani kala sendiri, yang menghibur kala terkubur, yang menghangatkan kala hujan dan perlu kau tahu, ia adalah separuh hidupku."
"Ya aku tahu. Menindih hubungan di atas hubungan orang lain dilarang."

TIRAKAT

Yang sendiri
Yang semedi
Yang mencari
Yang puja-puji
Yang jati diri
Yang sesuci
Yang sepi
Yang mati
Yang sayang
Yang terbuang
Yang jalang
Yang malang
Yang hilang
Lakumu palsu
Ucapmu tipu
Hasratmu nafsu

Bumiayu, 14-12-11


CELOTEH PAGI
Pagi menerobos kulit keringku, memaksa
dengan kasar menguliti setiap inci tulangku
Buah jengah tampak menjumbai dari kusut wajahku, berlapis
bayang sendu yang seringkali menggerutu
Ah, resah apalagi yang menciumiku
Dosa purbakah yang bergema? Atau
rintih perih sakratul maut nuraniku yang menggebu?
Lipat bergelipat
Gusti, perkenankan aku merayu
Bergelayut dalam selendang arsy-Mu
Tak diizinkan sampai naik pun lumayan asalkan
bisa menyentuh tali ampunan itu
Terjuntai santai
Tapi aku lebay
Tak sanggup menggapai
Hanya celoteh keluh, bersauh
dari umpatan mulutku yang jarang terbasuh
Geletar embun dipucuk dedaun menari
Bergoyang pinggul sedari dini
Menertawaiku tanpa henti

Bumiayu, 24 Nov 2011


N U R A N I
Oleh: Rossi Elbana

Dari kulum ke kulum
Namamu berdentum

Pahlawan, kalian persis seperti buruh
Dipekerjakan dengan hanya upah peluh
Bunga jasamu di junjung tinggi tanpa rekayasa
Tapi tetap saja refleksi sisa hidupmu penuh derita

Pahlawan, pekik kemerdekaan yang kalian gema
Lebih parau dari pesta dirgahayu yang dikumandangkan anak muda
Bahkan gelegar tombak-tombak bambu itu pun berhenti
Terhanyut simponi bunyi langkah-langkah kaki pejuang sejati

Dari jurang ke jurang
Namamu terentang

Pejuang, lendir perih
Luka meradang lirih
Budi baikmu dibuang sembarang
Ngarai zaman bosan berdendang

Dari hati ke hati
Namamu terkunyah sepi

Pejuang, nurani tak pernah mati
Ia hidup dalam singgasana hati
Pencampakan acapkali mengiringi tanpa
Seperti telur yang dibuang cangkangnya

Pahlawanku
Pahlawanmu
Pahlawan kita
         
Bumiayu, 12 November 2011


SESAL SESAAT
lagi-lagi jejak sesal seperti ini yang kurasakan
sesal purba bergema
sesal dosa anak-anak Iblis yang menangis
sama tak ubahnya, aku
merengek dan menggerutu
minta maaf pada Tuhan sekarang
maafkan dosaku yang jalang
sekedar untuk hari ini
sumpah salahku ku akui
entah besok
mungkin masih akan terseok
dan membekas borok

#refleksi hati

Bumiayu, 08 Nov 2011


MENGUAP PAKSA

Ada bau bangkai menuking tajam melesat terseret mulut tetangga
Hingga terburai ramai ejekan mulut tetangga lainnya yang tak suka
Seonggok bangkai itu pun tak tinggal diam
Cepat-cepat ia merubah diri menjadi bongkahan berlian
Haha, dasar tuh tetangga!
Disodorin berlian mah terbelalak tuh mata

Bumiayu, 06 Nov 2011


UNDANGAN

Kepada Yth: Sekumpulan nafas bias mengitari daging kemaluan, asyik masyuk. Entah laki atau perempuan, masih samar.
Di: Tempat istirah tubuh lelah, kamar gelap dengan udara pengap.
Assalamu'alaikum: Sajian doa purba semoga menyeret kita pada keberkahan.
Dengan Hormat: Kepala bergengsi yang acapkali diagung-agungkan.
Acara: Titik balik fenomena aktualisasi hidup yang serba instan, berputar ke awal mencari titik temu.
Hari / Tanggal: Kebiasaan mutlak tempat menginap matahari.
Waktu: Dentuman peristiwa masa silam dan yang akan datang.
Tempat: Lahan pemanjaan nafsu dan tamak.
Sekian: Penghujung jemantik tua, nafas resah, asa punah dan rebah tanah.
Tertanda: Bercak darah kering.

Bumiayu, 26 Okt 2011


NUANSA
Taplak meja kelihatan murung
seperti kelinci hias yang terkurung
Gelas kaca membisu menunggu tamu
seperti perkutut pilu
Toples biskuit terasa kaku
seperti bulu landak semu biru
Asbak rokok tenggelam dalam
seperti kerbau yang mengeram
Kembang buatan terenyuh peluh
seperti keledai ramai mengeluh
Kursi jati angkuh meningkahi
seperti anjing liar menang rebutan lokasi
Karpet alas kaki berlari mengumpat
seperti tikus yg dikejar kucing membawa pisau lipat
 Wajah manismu tersekat bingkai album
Seperti pagar kabupaten julangnya melebihi presiden podium

*bersambung

Bumiayu, 25 Sept 11