Wednesday, January 30, 2013

Bayi Mati di Kolam Bundaran HI

bayi
pict: google.com

Tugu Selamat Datang yang menjulang tinggi di pusat ibu kota menjadi latar indah, membatasi hamparan jalan aspal dengan sodetan-sodetan kecil. Sebab kemarin-kemarin dicumbui banjir yang memaksanya menikmatinya. Hembusan angin menjadikan air mancur seketika bergoyang gaya ngebor Inul Daratista. Membuatnya tidak tepat jatuh di atas kolam. Melainkan terbang, beralih menindih jalan.

Di pinggiran kolam, di bawah kucur air mancur, sebuah bungkusan plastik hitam teronggok tak bertuan. Membuat Karmin -seorang petugas kebersihan- penasaran. Dengan cekatan, bungkusan itu ia raih. Kena. Diletakannya di jalan. Ada bebauan tak sedap menyergap. Semakin penasaran. Ia membukanya. “Astagaaa!”

Saryo yang sedari tadi sibuk menyapu jalan, terkejut mendengar teriakan Karmin.
“Ada apa, Min?” teriaknya.
“Ini, Yo… ada orok dibungkus plastik, mati mengenaskan” jawab Karmin nyinyir.
“Yang benar?”
“Lah, ini lihat!”
“Iya, Min... terus gimana?”
“Kita serahkan saja pada polisi.”

Dugaan sementara para warga adalah bayi itu dibuang orang tuanya ke sungai. Lalu terbawa arus banjir besar kemarin yang juga menggenangi sekitaran bundaran. Kemudian masuk ke kolam.
***

Entah kenapa, semenjak Karmin menemukan mayat bayi yang di buang orang tuanya, memorinya tertarik ke belakang. Ia teringat masa lalunya yang sering gonta-ganti pacar. Yang gilanya, wanita yang dia pacari musti ia gagahi. Hukumnya wajib. Tak peduli ia melakukannya ‘tanpa pengaman’. Apakah mereka yang dulu kutitipi air mani, yang dengan pengecut kutinggalkan begitu saja, mereka hamil? Mungkin karena malu tidak ada bapaknya, anak-anak itu mereka buang seenaknya? Ah, sungguh bejat diriku!  Karmin merutuki dirinya sendiri.
***

Tugu Selamat Datang masih menjulang. Hotel Indonesia pun masih ada dan tidak hilang. Gerobak sampah terparkir di sekitar bundaran. Karmin dan Saryo masih setia membersihkan jalan. Beberapa moda transportasi darat selain kereta api, masih sering merayap dan mengendap-endap di tengah jalan. Bahkan ada yang berdiam diri. Rela mengantri berjam-jam demi mendapat ‘tiket jalan’. Di trotoar anak-anak jalanan berseliweran meminta hak saweran.

_
bumiayu, 250113

Saturday, January 5, 2013

Semoga Kau Bahagia


saat gelisah begitu kuat
mendobrak hati
bangkitkan jasadku kembali
ke bumi

resah yang membuatku terus merasa bersalah
bila tak menyaksikanmu
memakai baju baru
di hari ulang tahunmu

fanny ys
Fanny YS ''23
selamat panjang umur, kawan
semoga tahun terus terulang ke depan
dan kau terus bergumul bersama kesuksesan

mudah+an senyum kebahagiaan selalu menari di bibir manismu
mengarak ke lesung pipimu
bertambah anggun dengan kerudungmu yang abu-abu

kawan, sebelum tanah basah menimbunku lagi
kuharap 'dendam'mu terobati

_
bumiayu, lima januari

nb: persahabatan ini murni jalinan silaturrahmi, tak lagi dibumbui penyedap hati, aku harap kau mengerti dan keterdiamanmu selama ini semoga cepat pergi...