Assalamu’alaikum.
Dear adek, apa kabar?
Apa kabar dengan hati yang penuh keberkahan di bulan
Ramadhan?
Adek…
Selamat atas
prestasi-prestasi yang adek telah raih akhir-akhir ini. Semoga selalu
menginspirasi. Mudah-mudahan senyum kebahagian selalu menari di bibir manismu.
Mengarak ke lesung pipimu. Bertambah anggun dengan kerudungmu yang abu-abu. Dan
yang pastinya, kesehatan selalu kau prioritaskan nomor satu. Walaupun adek
perawat, kesehatanmu pun harus terawat.
Adek…
Seperti yang pernah
adek bilang kemarin. Kakak memang sudah
berubah sekarang. Perubahan yang kakak rasakan memang cenderung lebih ke arah
negatif. Asumsi kakak begitu. Buktinya adek pun merasakan hal yang sama atas sikap
kakak yang tidak biasa. Mengusung egoisme. Apatis. Keakuanku padamu selalu
berbunyi bak sirine. Memekakkan telinga adek dan orang-orang di sekitar.
Esensinya, kakak bikin adek nggak nyaman. Itu.
Perubahan ini bukan
gara-gara dulu, perasaan kakak sempat adek diamkan beku. Bukan masalah hati
kakak yang sempat tersumbat oleh kata ‘maaf, bagi adek, kakak tetap kakak
terbaik buat adek’ bukan. Tetapi perubahan ini semata-mata sebagai peredam
nafsu kakak yang menggebu. Menginginkanmu. Over
confident. Dan sangat konyol memang. Keterdiaman ini sebenarnya membuat
kakak malah sakit. Demi adek, kakak mencoba belajar ikhlas. Lebih tepatnya
merelakan perasaan kakak hanyut. Mengalir dalam sungai takdir.
Adek…
Pilihan-pilihan hidupmu. Jadi, hanya
doa-doa kebaikan, keselamatan dan kemudahan adek dalam meniti jalan, yang
terucap maupun tidak terucap dariku untukmu. Ya, semoga kebahagiaan muaranya. Akhir
dari segala.
Dan adek…
kau membuat kakak banyak belajar dalam sakitnya kakak ketika terhujam mendekam
dalam tebing yang tajam. Adek membuat kakak ingin belajar menjadi orang ‘besar’
dalam berlapang dada. Dan ucap terakhir kakak, semoga adek akan selalu baik
adanya. Kakak minta maaf yang sebesar-besarnya. Baik disengaja maupun tidak
disengaja. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum.
Bumiayu, 22 Juli 2012
Tapi sayang, sampai saat ini surat yang kulayangkan tak pernah kau baca. Bahkan dibiarkan berdebu.
ReplyDelete