DISKUSI NON FIKSI
Lagi-lagi syahwat terus memaksaku
Bergejolak dan lantang berteriak:
"Ayo, salurkan hasrat seksualmu!"
Cuping telingaku dengan sadar menerima radar
yang terlontar dari lubuk nafsu, lagi:
"Ayo, cepat! Mumpung masih banyak para penjual hati di pinggiran jalan!"
Akal melesat menghimpun kumpulan yang terserak
Mengiyakan nikmat yang akan kudapat:
"Ya, kapan lagi aku bisa merasakan nikmat jutaan watt, kalau tidak sekarang!"
Kebimbangan datang menyergap
Ketakutan hadir menyesap
Keinginan masih meluap
Ku rasakan gerimis malam semakin tajam
Tanpa diminta, tiba-tiba nurani berfatwa:
"Jangan! Bukankah kau seorang santri yang notabennya tahu hukum agama?"
Lagi-lagi syahwat terus-terusan memaksaku
Bahkan sekarang ia imingi-imingi:
"Hei! Sekarang nikmatilah duniamu. Belum tentu kau menikmati akhirat surgamu!"
Dengan lantang nurani menentang
Menyambut umpatan syahwat dengan lembut:
"Kata siapa nikmat dunia segala-galanya? Dunia hanya sebatas gelas dibandingkan nikmat akhirat selaut luas. Dan kalau kau benar-benar taat, besar kemungkinan surga itu kau dapat!"
Pikiranku dipaksa mengamini:
Pendapat syahwat
Atau opini nurani
Apa yang musti kuputuskan sekarang?
Tolong, kasih aku saran!
Bumiayu, 06 Mei 2012
No comments:
Post a Comment